Penerapan Terapi Kognitif dan Family Psychoeducation pada Keluarga Disharmoni dengan Risiko Bunuh Diri : Studi Kasus
Penerapan Terapi Kognitif dan Family Psychoeducation pada Keluarga Disharmoni dengan Risiko Bunuh Diri : Studi Kasus
DOI:
https://doi.org/10.58516/zz534872Kata Kunci:
terapi kognitif, family psychoeducation, risiko bunuh diriAbstrak
Latar Belakang: Konflik keluarga merupakan faktor presipitasi utama stres interpersonal dan berkaitan dengan adanya pola komunikasi yang tidak efektif di dalam keluarga. Stres yang tidak teratasi ini dapat berdampak pada depresi hingga perilaku bunuh diri. Penatalaksanaan klien dengan risiko bunuh diri membutuhkan keterlibatan dari berbagai aspek terutama keluarga sebagai sistem pendukung utama bagi klien.
Tujuan: Memberikan gambaran tentang penerapan terapi kognitif dan terapi family psychoeducation pada keluarga disharmoni dengan risko bunuh diri.
Metode: Studi ini dilaksanakan dengan pendekatan studi kasus. Gambaran Kasus: Ny. I (36 tahun) memiliki masalah rumah tangga berupa ancaman perpisahan (perceraian). Klien mengatakan bahwa suaminya (40 tahun) telah berselingkuh dan ingin menceraikan klien. Klien memiliki 2 orang anak laki-laki yang berusia 18 tahun dan 7 tahun. Klien merasa cemas, sedih, dan marah jika rumah tangganya harus berakhir dengan perceraian. Klien mengatakan tidak mampu jika harus menjadi single parent, klien tampak putus asa dan menyatakan ingin menyerah pada masalah yang sedang dihadapi, klien sering menangis, melamun, dan mengungkapkan keinginannnya untuk mati. Klien juga berpesan kepada ibunya agar menjaga anak-anaknya setelah dirinya mati. Keluhan fisik yang dialami yaitu tekanan darah tinggi (>150/100 mmHg), sakit kepala, jantung berdebar, tidak nafsu makan, dan gangguan tidur.
Hasil: Penurunan skor ide bunuh diri dari 78% menjadi 22% serta peningkatan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga.
Simpulan: penerapan terapi kognitif dan family psychoeducation pada kasus risiko bunuh diri non psikotik khususnya pada keluarga disharmoni berdampak pada penurunan ide bunuh diri serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam merawat klien dengan risiko bunuh diri.